Datang ke Malaysia terasa masih kurang bila hanya diisi dengan acara tamasya dan belanja saja. Kita juga harus mencicipi aneka sajian dari negeri jiran ini. Dengan keranekagaman etnis dan ras, negeri ini memiliki beragam resep masakan yang khas. Tentu saja teramat sayang bila dilewatkan begitu saja.
Belanja dan tamasya: dua hal yang tak bisa dipisahkan. Lelah keliling kota, waktu istirahat bisa diisi dengan mencicipi aneka sajian khas ala Malaysia. Acara berburu makanan pun makin berseni tinggi dan punya keasyikan tersendiri. Dengan begini, pelesiran ke negeri jiran menjadi tambah komplet.
Kuala Lumpur menjadi pusat kegiatan perekonomian dan bisnis Malaysia. Segala macam bentuk kemegahan bisa dilihat di sini. Bangunan dan sarana megah dibangun menjadi simbol-simbol kesuksesan pembangunan di negeri jiran ini. Sebut saja, Menara Kembar Petronas setinggi 452 meter, Menara KL, jaringan transportasi kereta terpadu – komuter, monorail dan LRT dan masih banyak lagi.
Ibu Kota Malaysia yang dikenal dengan sebutan KL ini punya luas daerah sebesar 329.758 km persegi. Jumlah penduduknya 22 juta orang. Penduduk sebanyak itu terbagi dalam beranekaragam etnik dan ras. Kesuksesan menjaga harmoni multiras itu membuat Malaysia berani menelurkan slogan ”The Truly Asia”.
Bukan cuma budaya yang berani ditawarkan, tetapi Malaysia juga sanggup menjanjikan petualangan lidah yang menarik. Dasarnya, itu tadi: keanekaragaman etnik dan ras. Multiras juga menghasilkan aneka jamuan makan, yang bisa dikemas menjadi wisata kuliner bagi siapa saja – bukan cuma para pelancong.
Datang ke KL rasanya bisa menjamin untuk mencicipi keragaman masakan Malaysia. Sebab, sebagai pusat perdagangan dan perekonomian, KL menjadi kota sibuk dan makanan datang dari berbagai penjuru bersama perpindahan orang.
Asyiknya, bukan hanya sajian lokal, menu-menu internasional amat mudah dijumpai. Di sinilah kesempatan mencicipi sajian hasil pertemuan budaya Timur dan Barat. Oleh sebab itu, pelaku pariwisata Malaysia berani mengklaim: KL adalah surga pencinta kuliner. Hehmmm….
Kalau mau bertualang lidah, jangan cuma nongkrong di hotel. Kita harus berani tamasya sendiri, berburu restoran atau rumah makan yang menyajikan masakan khas. Tak perlu putus asa bila merasa kurang informasi. Datang saja ke Pusat Pelancongan Malaysia (Malaysia Tourism Center). Tempat ini gampang ditemukan. Letaknya di Jalan Ampang, tepat di jantung KL antara Menara Kembar Petronas (KLCC, Kuala Lumpur City Centre) dan Menara KL.
Di Pusat Pelancongan, kita bertanya-tanya soal wisata kuliner. Habis itu tinggal minta peta KL dan brosur informasi wisata kota – yang juga memuat keterangan restoran atau rumah makan yang perlu dikunjungi. Langkah-langkah itulah yang kami lakoni usai memenuhi undangan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengikuti workshop jurnalis tentang isu dan kebijakan air, beberapa waktu lalu.
Tiga Jenis
Secara garis besar masakan Malaysia terdiri atas tiga jenis: masakan Melayu, Cina dan India. Masing-masing punya ciri khas dan rasa istimewa. Selain itu, juga ada masakan pembauran budaya dari masyarakat Nyonya (keturunan) dan India Islam. Sedang menu-menu internasional, macam masakan Eropa dan Mediterania tersedia di kota-kota besar Malaysia.
Mari kita bedah satu-satu masakan-masakan tadi. Masakan Melayu dicirikan dengan santan kelapa dan bumbu rempah yang berani. Meski punya ciri khas, ternyata perbedaan tempat akan berpengaruh pada masakan Melayu di tiap daerah. Misalnya begini, masakan Kelantan. Sajian ini hampir mirip dengan sajian Thailand, tetapi karena pakai santan dan gula, walhasil rasanya menjadi sedikit lebih manis.
Masakan Melayu dari daerah Kedah pada dasarnya dipengaruhi orang India yang datang ke Malaysia beberapa abad lalu. Rasanya lebih ”garang” alias pedas dan juga kaya dengan bumbu rempah.
Dari Pantai Timur terkenal dengan nasi dagangnya yang berasal dari Trengganu serta nasi kerabu dari Kelantan. Penyajian hidangan Melayu belumlah dianggap sempurna jika tak dilengkapi dengan sate yang disajikan dengan kuahnya, ketupat, timun dan bawang bombai.
Masakan Nyonya atau keturunan merupakan perpaduan antara dua jenis masakan Melayu dan Cina. Ciri makanan ini ditandai dengan rasanya yang manis, asam dan pedas. Otak-otak dan Tim Bebek, dua contoh masakan Nyonya yang paling sering dihidangkan dan begitu populis. Otak-otak masakan Nyonya sedikit berbeda dengan yang ada di negara kita. Di sana warnanya merah dan sudah gurih tanpa perlu dicocol pada sambal berbumbu kacang.
Di Malaysia, amat terkenal dengan nasi Lemak. Di KL, tak sulit mencari menu tersebut. Salah satunya, bisa pergi ke Nasi Lemak Antarbangsa. Tempat makan ini ada di Jalan Raja Muda Musa, Kampung Baru, buka sejak pukul 6 sore hingga pagi hari. Harga, tak bikin kantong menjerit, rata-rata di bawah RM 15 (sekitar Rp 37.500).
Pengen coba nasi lemak atau hidangan khas Melayu lainnya bisa juga pergi ke pusat belanja Mid Valley Megamall, yang ada di kawasan Mid Valley City, Lingkaran Syed Putra. Di sini, ada resto Ayam Nor yang menyediakan nasi lemak ayam golek, nasi ayam daging rendang, mee rebus johor dan mee bandung muar.
Di Mid Valley Megamall masih ada puluhan resto, café, fast food dan kedai makanan yang bisa dipilih sesuai kegemaran. Cita rasa Amerika, India, Malaysia, Chinese, Korea, Jepang, Thai dan Vietnam. Tertarik menyantap sushi? Silakan mampir Oh!Sushi di LotG(E)-010 & G-098, lantai dasar Mid Valley Megamall.
Mid Valley Megamall adalah pusat perbelanjaan yang unik: punya area bundaran sebesar 5 km dan lebih 430 toko. Kalau mau datang ke tempat ini, caranya gampang saja. Tinggal naik LRT Putra lalu turun di stasiun Bangsar, perhentian ini tak seberapa jauh dari KL Sentral – stasiun kereta paling gede di Malaysia.
Di pusat perbelanjaan Suria KLCC (Kuala Lumpur City Center), letaknya ada di kaki menara kembar Petronas juga menyediakan puluhan outlet makan. Di lantai empat, malahan sengaja disediakan sebagai pusat makanan bercita rasa Asia. Asyiknya, para penjaga toko kebanyakan orang-orang Indonesia, walhasil tak perlu tergagap-gagap saat memilih menu.
Mencari sajian Nusantara? Ho-ho, gampang saja. Cari saja House of Sundanese Food yang ada di Lot 4.12, lantai empat Suria KLCC dan juga ada di Bangsar Shopping Center, lantai satu. Harga berkisar RM 15 – RM 40. Ayam goreng, sambal colek dan nasi putih mengepul panas merupakan contoh menu pengingat makan-makan ala Sunda.
Di kawasan Chow Kit, kondisinya justru lebih ”ekstrem”. Di sini terdapat sejumlah restoran Padang dan kios jamu ala Indonesia. Menu-menu sama persis dengan negeri sendiri. Wajar saja, sebagian penduduk KL menyebut daerah ini sebagai kampung Indonesia.
Mau mencicipi masakan India, ayo makan-makan ke Bombay Palace di Jalan Tun Razak. Resto ini terkenal dengan penyajian dan keramahan yang bagus. Masakan yang disajikan adalah menu-menu dari India Utara. Ketimbang menu-menu dari India Selatan, India Utara terasa lebih manis. Bombay Palace pernah mendapat penghargaan Best Indian Restaurant in Malaysia untuk tahun 1998/1999 dari Tourism Malaysia. Pada 2001-2002 mendapat Millenium Gold Award dari World Asia Media.
Pilihan lain ada D’Sagar Restaurant di Jalan Telawi, Bangsar dan The Taj di Crown Princess Kuala Lumpur. Namun, bila ingin mencoba menu India yang otentik disarankan untuk pergi ke D’Sagar Restaurant. Resto ini sudah begitu ngetop di telinga kulinari lokal dan mancanegara. Yang pasti ketiga resto di atas merupakan beberapa resto yang direkomendasi majalah VisionKL – media gaya hidup yang dibagi cuma-cuma di tiap hotel papan atas KL.
Bila punya uang berlebih, Hotel Renaissance Kuala Lumpur – hotel berbintang lima di bawah jaringan Renaissance dan JW Marriott – bisa jadi pilihan asyik. Majalah VisionKL memuat beberapa resto mereka sebagai tempat makan yang asyik dan nyaman. Sebut saja, Marche Mediterrranean restaurant dan Wine Bar, Vogue Café dan Dynasty Restaurant – bercita rasa Mandarin. Sebelum memutuskan pergi, sekali lagi: tengok betul-betul kocek Anda. Selamat makan-makan.
Sumber : sinarharapan
No comments:
Post a Comment